Penciptaan Media Monitoring
Meskipun digital media monitoring nampaknya baru populer pada satu-dua abad terakhir, media monitoring sudah ada sejak abad 1800-an. Hal ini telah ada sejak era awal media cetak. Istilah “monitoring” dulu dikenal sebagai “kliping berita” dan hanya berfokus pada media cetak.
Pada 1881, Henry Romeike mendirikan agensi kliping berita di London dan kemudian di Amerika Serikat. Romeike menyediakan layanan bagi orang-orang terkenal yang mencari penyebutan nama mereka di koran. Setelah itu, banyak agensi menyediakan layanan yang serupa pula. Sejak itulah bisnis media monitoring benar-benar mulai bertumbuh.
Abad ke-20
Pertumbuhan pesat teknologi pada abad ke-20 juga mempengaruhi layanan agensi kliping berita. Dengan pengenalan TV dan Radio sebagai media massa, agensi-agensi tersebut tidak dapat memfokuskan “monitoring” mereka pada koran saja.
Dulu, analis media juga tidak bergantung pada algoritma seperti sekarang ini. Mereka mendengarkan radio atau menonton siaran-siaran TV untuk mengetahui apakah media massa tersebut membicarakan klien mereka. Popularitas alat perekam suara pada tahun 1950-an membantu analis media untuk melakukan pekerjaan mereka. Mereka tidak perlu lagi menonton siaran langsung setiap saat.
Pada tahu 1980-an, internet menjadi media baru dan semakin sering digunakan. Pada tahun 90an—1998 tepatnya—WebClipping menjadi digital media monitoring pertama yang membantu para analis melacak segala penyebutan (mention) di internet.
Digital Media Monitoring Saat Ini
Kini, digital media monitoring makin berkembang dengan banyak fitur. Ada banyak tool atau alat yang dapat dpilih sesuai budget yang Anda miliki. Anda juga bisa menggunakan alat yang gratis, tentu dengan fitur terbatas. Beberapa fitur sangatlah penting untuk media monitoring, seperti:
– Pemrosesan Bahasa Alami (Natural Language Processing/NLP)
– Latent Semantic Analysis (LSA)
– Analisis Kompetitor
Fitur seperti NLP dan LSA akan membantu Anda mengatasi teknologi terkini seperti pencarian suara (voice search). Kini, penggunaan pencarian suara atau asisten suara meningkat secara konsisten. Menurut GlobalWebIndex di 2018, 27% dari populasi dunia menggunakan pencarian suara pada perangkat mobile mereka. Selain pencarian suara, Anda mungkin juga ingin “belajar” dari kompetitor. Sangatlah penting untuk tetap mengikuti perkembangan strategi/campaign selanjutnya dari kompetitor guna tetap menjadi yang terdepan dan menjadi top-of-mind di industri Anda.
Digital Media Monitoring di Masa Mendatang
Sejak 1800-an, media monitoring telah berkembang menjadi lebih dari sekadar alat untuk melacak nama di koran. Hal itu tumbuh pada dasarnya sebagai alat untuk menentukan strategi bisnis, wawasan, dan bahkan penjualan. Digital media monitoring membaca algoritme platform tertentu, menganalisis data kompetitor, lalu membantu dengan metrik apa pun yang Anda inginkan.
Di masa mendatang, hal ini akan diperlengkapi dengan pembelajaran mesin (machine learning), alat untuk membaca algoritma, dan respon organik dari audiens yang lebih canggih. Saat ini, fitur-fitur seperti NLP dan LSA adalah yang teknologi ter-canggih di pasaran. Alat-alat ini akan terus ditingkatkan untuk memberikan pemahaman mengenai audiens yang lebih baik dan mencapai target atau tujuan brand Anda.
Begitulah digital media monitoring berkembang, dari waktu ke waktu. Dapat kita lihat bahwa alat ini bukan lagi hanya sebagai elemen pendukung, tetapi alat penting untuk membantu brand mencapai targetnya.
DXT360 Analytics milik dataxet:sonar adalah tool terbaik bagi pasar Indonesia. Mengapa? Tool terintegrasi kami dilengkapi dengan akurasi sentimen tertinggi (80% akurat) untuk media tradisional seperti TV & Radio, media digital, dan media sosial. Tidak hanya itu, pakar lokal kami akan membantu dengan insight brand Anda untuk memastikan brand Anda tetap berada di posisi teratas.