Kontroversi & Dampaknya
Social media search di garis depan telah menyoroti iterasi We The Fest baru-baru ini, festival musik terkemuka di Indonesia, yang menawarkan lebih dari sekadar barisan musisi terkenal. Festival tersebut berubah menjadi pusat perdebatan dan kontroversi, terutama seputar pembatalan tak terduga dari band penampil utama, ‘The 1975.’ Insiden ini muncul setelah penampilan mereka di Good Vibes Festival Malaysia, di mana aksi LGBTQ+ di atas panggung membuat band ini menjadi sorotan. Dengan menggunakan social media analytic tool yang canggih, kami menyelidiki dan mengungkap dampak dari keputusan tersebut.
Awalnya ditetapkan untuk mencuri perhatian, ‘The 1975’ tiba-tiba dihapus dari jadwal We The Fest. Kontroversi dimulai setelah Matty Healy dan Ross Macdonald, anggota band ‘The 1975,’ terlibat dalam aksi LGBTQ+ saat tampil di Malaysia. Tindakan mereka, yang telah menarik banyak perhatian di media sosial dengan Healy disebutkan 218 kali dan Macdonald 200 kali, menimbulkan reaksi yang signifikan. Tidak lama kemudian percakapan ini menyebar ke seluruh platform media sosial, yang kemudian berakhir pada pembatalan penampilan The 1975, yang disebutkan sebanyak 348 kali, termasuk jadwal penampilan mereka di Indonesia pada acara We The Fest.
Menanggapi tindakan band di atas panggung, beberapa penonton konser menyuarakan rencana untuk class-action lawsuit terhadap ‘The 1975’, menggambarkan dinamika sosial yang berlawanan dari pihak-pihak terlibat. Netizens, memanfaatkan kekuatan media sosial untuk mengungkapkan pendapat mereka, membahas We The Fest & ‘The 1975’ secara ekstensif, berkontribusi pada total 644 percakapan dan menghasilkan 90.299 buzz.
Jumlah masif yaitu 77% dari percakapan ini bersentimen negatif, dengan netizen mencap The 1975 sebagai ‘band bermasalah’. Ini mengilustrasikan potensi bahaya dari data real-time, real-world yang semakin terhubung, di mana tindakan di atas panggung dapat dengan cepat berubah menjadi kontroversi global. Berita tentang kejadian ini tidak hanya beredar di kalangan individu; sejumlah media besar juga memberitakannya.@hai_online dengan 384k pengikut, @indozone.id dengan 4.7M pengikut, serta @detikcom dengan 4.2M pengikut, melaporkan kejadian ini dan masing-masing memperoleh 12.212, 11.882, dan 10.549 engagement.
Tangguhnya We The Fest & Naiknya Sheila on 7
Setelah pembatalan tersebut, penyelenggara We The Fest mengambil tindakan cepat untuk memperbaiki situasi tersebut dengan menghadirkan Sheila on 7 sebagai headliner pengganti. Keputusan ini tampaknya diterima dengan baik, dengan melihat 58.541 engagement yang diperoleh di Instagram saja. Menariknya, keputusan untuk mengganti The 1975 dengan Sheila on 7 disebut sebanyak 611 kali, mengisyaratkan strategi yang efektif dalam mengelola situasi. Mayoritas netizen tampak menyambut baik perubahan tersebut, dengan kata-kata seperti ‘sukses’ (93 mention), ‘selamat datang’ (85 mention), dan ‘kejutan’ (97 mention) sering muncul dalam diskusi.
Reaksi positif ini semakin ditunjukkan melalui percakapan yang lebih luas seputar kehadiran Sheila on 7. Sebanyak 543.444 penyebutan berasal dari perubahan headliner, menunjukkan jangkauan acara yang luas. Sementara sebagian besar pembicaraan tetap netral yang ditandai dengan aktivitas para penikmat konser yang membagikan berita tersebut, sekitar 7,6% menunjukkan kekecewaan terhadap batalnya penampilan The 1975 dan bahkan ada yang melontarkan komentar satir pada Matty Healy. Namun, sebagian percakapan bernada positif dan menyoroti antisipasi netizen untuk Sheila on 7, bahkan ada yang menempatkannya di atas The 1975.
Terbukti, kehadiran Sheila on 7 bukan hanya untuk mengisi kekosongan tetapi lebih ke arah peningkatan, kata para pengunjung festival yang senang. Postingan yang merayakan mereka sebagai ‘Pengganti Terbaik’ dan ‘Tindakan Sempurna’ adalah hal biasa, sebuah bukti dari daya tarik band yang bertahan lama. Saat sentimen ini bergema di berbagai postingan, istilah ‘Sheila on F****ng 75’ muncul, mewakili penerimaan gembira para penggemar atas perubahan lineup. Beberapa postingan mengenai performa luar biasa Sheila on 7 semakin menunjukkan tingkat kepuasan yang tinggi.
Melihat festival secara keseluruhan, barisan pada Hari 3, yang menampilkan Sheila on 7, menghasilkan paling banyak perhatian. Sementara artis lain seperti The Strokes dan The Kid Laroi pada Hari 1, serta Daniel Caesar dan Sabrina Carpenter pada Hari 2, menerima banyak mention, tidak ada yang dapat menandingi gebrakan yang dibuat oleh Sheila on 7 dengan 7411 mention yang menggemparkan.
Kontroversi ini menggarisbawahi nilai social media analytic tool yang tangguh seperti DXT360 Platform fdari dataxet:sonar, yang mampu melacak dan memahami data dunia nyata secara real-time di media sosial. Dengan keahlian dalam social media search, listening, dan analytics, dataxet:sonar membantu bisnis untuk membuat keputusan yang tepat, bahkan di industri hiburan yang dinamis dan bergerak cepat. Melalui pemahaman percakapan dan sentimen online, bisnis dapat menavigasi lanskap media sosial yang seringkali rumit dan tidak dapat diprediksi dengan lebih baik, memungkinkan mereka mengubah potensi krisis menjadi peluang, seperti yang berhasil dilakukan We The Fest dalam kasus luar biasa ini.