Aristama Roesli adalah Head of Data Science di Dataxet Group dengan pengalaman bertahun-tahun di ilmu komputer dengan fokus pada data mining, pembelajaran mesin (machine learning), pemrosesan bahasa alami (NLP), deep learning, kecerdasan buatan (artificial intelligence), dan agent-based technology. Dia telah terlibat di beberapa konferensi untuk menyebarkan pengetahuan tentang data science itu sendiri dan membantu brand-brand memperoleh keuntungan dari hal tersebut.
Pada sesi ini, Marketing dari dataxet:sonar, Elizabeth Grace, berdiskusi dengan Aristama Roesli terkait ChatGPT dan bagaimana hal tersebut akan mengganggu lanskap media & industri kreatif Indonesia. Dari reaksi sebagian besar masyarakat Indonesia, masa depan generative AI di Indonesia, dan bagaimana industri lokal dapat memanfaatkannya.
Bagaimana ChatGPT akan Mengganggu dan Mentransformasi Industri Kreatif dan Media di Indonesia
Grace:
Hai Aristama, senang bisa berbicara dengan Anda hari ini. Sebagai Head of Data Science di Dataxet Group, kami sangat senang mendengar insight Anda tentang dampak ChatGPT dan generative AI pada lanskap media dan industri kreatif di Indonesia!
Aristama:
Terima kasih, Grace. Saya juga senang bisa berbincang dengan Anda hari ini. Seperti yang Anda sebutkan, ChatGPT dan generative AI dengan cepat menjadi viral di Indonesia, dan dampak potensialnya terhadap lanskap media dan industri kreatif sangat besar. Saya berharap dapat berbagi pemikiran dan wawasan saya dengan Anda.
Grace:
Bisakah Anda memberi kami, pembaca umum, sebuah latar belakang singkat tentang generative AI sebelum kita membahas ChatGPT itu sendiri?
Aristama:
Boleh, Generative AI adalah subbidang AI yang berfokus pada penciptaan atau pembuatan konten baru, seperti bentuk teks, gambar, dan video. Ini berbeda dengan AI tradisional, yang fokus utamanya pada analisis dan pemrosesan data yang sudah ada. AI generatif menggunakan berbagai teknik, seperti deep learning, pemrosesan bahasa alami (Natural Language Processing/NLP), dan computer vision, untuk menghasilkan konten baru yang mirip dengan konten buatan manusia. Ini adalah bidang yang berkembang pesat, dan ChatGPT adalah salah satu model paling populer dalam hal ini.
Grace:
Saya rasa ChatGPT bukan satu-satunya Generative AI yang viral di Indonesia. Saya pernah mendengar tentang Midjourney, DALL-E, dan Stable Diffusion, tetapi tidak dalam kapasitas ChatGPT. Apa yang membuatnya berbeda dan apa tujuannya?
Aristama:
Itu poin yang bagus. Terobosan seperti ChatGPT menjadi viral karena produknya dapat dipahami dan dinikmati sehari-hari oleh khalayak yang lebih luas. Ini berbeda dengan terobosan sebelumnya seperti Internet of Things (IoT), Big Data, Cryptocurrency, dll yang hanya dipahami oleh sebagian kecil orang Indonesia. Hal tersebut memiliki potensi besar karena sudah memberikan pengetahuan, bukan informasi seperti chatbot tradisional dan mesin pencari (search engine). ChatGPT juga menghasilkan balasan teks yang seperti manusia dengan tingkat ketepatan tinggi. Tujuan dari penemuan ini adalah untuk meningkatkan efisiensi dan memberi manusia solusi yang lebih baik untuk masalah umum dan terkadang kompleks.
Grace:
Menurut Anda, apa saja potensi penggunaan ChatGPT di Indonesia?
Aristama:
ChatGPT memiliki potensi penggunaan yang luas di Indonesia. Salah satu kemungkinan yang paling menarik adalah mengembangkan arsitektur baru untuk mesin pencari. ChatGPT juga dapat digunakan untuk menjelaskan algoritme yang kompleks, membuat bot terapi yang dipersonalisasi, membantu membangun aplikasi dari awal, menjelaskan konsep ilmiah, dan menulis esai perguruan tinggi, dan lain-lain.
Misalnya, Anda dapat menerapkan generative AI seperti ChatGPT di layanan pelanggan (Customer Support/CS). Saat ini, banyak brand di Indonesia yang mengimplementasikan chatbot di website mereka agar pelanggan mereka bisa bertanya. Nantinya, chatbot tradisional tersebut akan diganti dengan generative AI untuk memberikan respons yang lebih akurat dan mirip manusia sesuai pertanyaan yang pelanggan ajukan. Kita sudah bisa melihat contoh di luar negeri seperti “Fin” oleh Intercom yang dibangun seluruhnya dari ChatGPT dan menggunakan pendekatan generative AI.
Grace:
Hebat. Lantas bagaimana tanggapan masyarakat Indonesia terhadap potensi besar ChatGPT?
Aristama:
Seperti yang terlihat di tempat lain, saya ingin mengkategorikan reaksi masyarakat Indonesia ke dalam dua kategori berbeda. Yang pertama adalah Konservatif dan yang kedua adalah Adaptif. Konservatif adalah mereka yang takut pada generative AI dan melihatnya sebagai alat yang menuju pada pemusnahan massal, sedangkan Adaptive menghargai inovasi generative AI. Konservatif mungkin khawatir tentang masalah hak cipta, ketakutan tentang etis atau tidak, dan mencoba menolak adaptasi generative AI seperti ChatGPT. Adaptif akan menggunakannya untuk menyederhanakan proses kerja manusia, menjadikannya lebih efisien, dan menciptakan solusi yang lebih baik. Proses adaptasi ke generative AI oleh kelompok Adaptif ini akan membentuk ulang pasar kerja dengan membuat tugas-tugas yang dulunya dianggap khusus, spesialis, atau artisanal, menjadi hal yang dapat diakses oleh khalayak luas.
Grace:
Mengenai kelompok Konservatif, menurut Anda bagaimana seharusnya orang bereaksi terhadap teknologi Generatif AI seperti ChatGPT?
Aristama:
Meski masyarakat mungkin menolak, proses adaptasi terhadap generative AI tidak bisa dihindari. Faktanya, World Economic Forum memperkirakan bahwa 85 juta pekerjaan akan digantikan oleh mesin pada tahun 2025, dan lebih banyak pekerjaan akan muncul yang beradaptasi dengan pembagian kerja baru antara manusia, mesin, dan algoritme. Alih-alih mencegah penggunaan teknologi, masyarakat Indonesia perlu beradaptasi dengannya dan menciptakan alat yang lebih baik atau memperluas penggunaannya. Salah satu contoh sukses dari hal ini adalah diterimanya secara luas aplikasi transportasi online seperti Gojek dan Grab, yang awalnya mendapat tentangan dari beberapa orang dan pemerintah tetapi sekarang dianggap sebagai ciri khas produk Indonesia.
Grace:
Lalu, apa yang Anda lihat ke depan untuk ChatGPT di Indonesia, khususnya lanskap media dan industri kreatif?
Aristama:
Pada akhirnya lanskap media dan industri kreatif di Indonesia akan berubah. Suka tidak suka, generative AI akan menjadi alat (tool) standar bagi banyak orang dan diterapkan di berbagai sektor. Ini akan dimulai sesederhana menggunakan ChatGPT untuk prompt engineering. Prompt yang dibuat oleh ChatGPT dapat diterapkan ke model generative AI lainnya seperti Midjourney. Saya memperkirakan dua sisi akan muncul di masa depan. Mereka yang memiliki modal akan mencoba membuat model generative AI lokal, dan sisanya akan mengadopsinya ke sektor lain.
Grace:
Sebagai pakar teknologi data, apa pendapat Anda tentang GPT-4 yang baru diluncurkan?
Aristama:
Jujur saya merasa senang sekaligus takut. GPT-4 membuat saya terjaga di malam hari merenungkan betapa kuat dan kreatifnya A.I. dibandingkan dengan otak lemah manusia. GPT-4 memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah kompleks dengan lebih akurat dan lancar dibandingkan pendahulunya. Itu juga dapat menerima input gambar dan teks, serta kemudian memberikan output teks dalam jawaban akurat dan mirip manusia. Potensinya tidak terbatas dan memanfaatkannya mungkin atau tidak mungkin membawa masa depan yang lebih baik bagi umat manusia.
Grace:
Terakhir, apa rekomendasi Anda untuk orang Indonesia yang terpapar hype ChatGPT ini?
Aristama:
Sementara pengembangan generative AI sangatlah pesat, saya sarankan menunggu inovasi lebih lanjut. Mempersiapkan diri kita untuk mengadopsi teknologi juga penting karena tujuannya adalah untuk mencapai solusi yang lebih baik dan efisiensi yang lebih besar. Membuat regulasi untuk generative AI dan mencegah potensi penyalahgunaannya juga merupakan salah satu langkah persiapan yang perlu kita prioritaskan untuk memastikan penggunaannya yang bertanggung jawab.
Grace:
Suka sekali! Terima kasih Aristama atas diskusi mendalam Anda. Saya harap ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan memberi mereka pemahaman yang lebih baik tentang potensi dampak generative AI dan ChatGPT di Indonesia. Kami menghargai waktu dan pendapat ahli Anda tentang topik ini. Terima kasih telah berbagi insight Anda dengan kami hari ini.
Aristama:
Senang berdiskusi juga dengan dataxet:sonar, terima kasih.